Rabu, 24 Oktober 2018

BUKAN PENYAIR BOLEH IKUT AMBIL BAGIAN DALAM PUISI ESAI

Tak ada habisnya membicarakan Puisi Esai, seperti berenang di tengah lautan. Semakin banyak meminum airnya maka kita akan semakin haus.  Makin kita berenang semakin banyak pengalaman yang kita dapat, sehingga makin penasaran dengan kedalamannya dan merasa belum apa apa.lalu timbul kesadaran makin banyak yang perlu dipelajari.

Ada hal menarik yang membedakan antara Puisi Esai dengan puisi pada umumnya.  Sebagian orang mengatakan,”Semakin hari puisi itu gelap,  puisi sulit dipahami,  puisi  misterius, puisi penuh rahasia,  puisi itu multi tafsir dan sebagainya”.

Sedangkan puisi esai adalah puisi yang sengaja ditulis dan diciptakan dengan menggunakan bahasa, ungkapan dan istilah yang  sederhana sehingga mudah untuk dipahami.  Diksi yang dipilih lebih sederhana dari biasanya akan tetapi tidak mengurangi nilai puitika dalam puisinya.  Lebih dari itu,  puisi esai ingin  menggembalikan marwah puisi kepada masyarakat. Puisi esai Hendak menggembalikan puisi ke gelanggang masyarakat luas sehingga masyarakat dapat menikmati dan menulis puisi dengan kalimat sederhana dalam perspektif mereka.

Puisi esai ingin mengembalikan puisi kepada masyarakat seperti zaman zaman sebelum lahirnya puisi moden.  Puisi tidak hanya  dimiliki oleh penyair karir. Yang mana puisi hanya bisa dipahami oleh kalangan penyair saja,  sedang masyarakat biasa sulit untuk memahaminya.  Tapi puisi esai memberi kesempatan semua masyarakat untuk bisa menulis puisi dengan bahasa yang dipahaminya. Ditulis dengan bahasa ringan, jelas dan tidak samar samar.

Puisi tidak lagi menjadi ladang gelap,  misterius dan angker akan tetapi menjadi ruang dan taman membaca suara batin negeri ini.  Menjadi jendela waktu dan peristiwa yang bisa dinikmati dengan bahasa puitis yang indah. Pertanyaannya,  apakah puisi esai bisa dinikmati semua kalangan,  jawabanya : tentu bisa.  Bahkan semua orang bisa menulis puisi esai walaupun  bukan seorang penyair. Bagi saya ini sangat menarik,  "Bukan penyair bisa turut ambil bagian dalam menulis puisi esai".

Puisi esai mempunyai tampilan yang berbeda dengan puisi sebelumnya.  Sungguh ini menarik perhatian saya, sehingga ketika saya mendapatkan tawaran untuk menulis puisi esai, saya menerimanya.  Bagi penulis amatir seperti saya dan keseharian saya adalah pengajar, ini merupakan pengalaman baru dan pertama.  Kenapa?  Saya belum pernah menulis jenis seperti puisi esai sebelumnya. Timbul rasa penasaran dan ingin tahu, kata anak sekarang "keppo". Lalu saya geogling, cari tahu apa dan bagaimana puisi esai yang bikin heboh itu.  Sejak hari itu saya merasa tertantang untuk menulis puisi esai.

Ingin belajar dan menelisik di kedalamannya yang penuh dengan isue sosial.  Permasalahan permasalahan sosial yang diangkat dalam puisi esai begitu menggelitik hati saya.  Dan wow!  Wow!  Ternyata informasi yang saya dapatkan begitu lengkap. Bahasa yang sederhana tetapi tetap menjaga nilai estetik dan puitis sehingga terasa ringan dan enjoy untuk membaca serta memahaminya.  Dan ternyata isu sosial di lndonesia sangat kompleks dan sangat banyak.  Ini adalah jendela literasi yang musti kita buka di seluruh lndonesia.  Justru isu sosial ini menjadi sangat menarik ketika ditulis dengan kalimat putik yang indah dan tidak membosankan.

Judul puisi esai saya adalah "Noni Gadis Cilik Bermata Bulat". Saya mengangkat puisi yang berkisah tentang persoalan pernikahan dini.  Kenapa saya menulis soalan pernikahan dini,  mungkin pernikahan dini di lndonesia bukan hal yang luar biasa.  Peristiwa ini menjadi biasa-biasa saja karena masih di lndonesia terhitung banyak soal pernikahan dini.  Tetapi bagi saya pernikahan dini yang pernah saya saksikan di Desa Lubang Buaya adalah hal yang menjadi keprihatinan saya disaat saya berjuang untuk menumbuh kembangkan pendidikan di desa tersebut. Tahun 1997 saya dan suami datang ke Desa Lubang Buaya untuk memperjuangkan pendidikan di Desa Lubang Buaya.

Menurut informasi yang saya terima sebelum kami memutuskan untuk membela pendidikan di sana. Lubang Buaya adalah sebuah desa yang terletak di kawasan Bekasi Jawa Barat.  Sedikit agak ke dalam sehingga terlihat terpencil.  Jauh dari kota apalagi tersentuh media. Agak aneh menurut saya, daerah di pinggiran ibu kota masih ada praktik pernikahan dini.  Dan sekarang 2018 apakah masih ada praktik pernikahan dini di sana?  Saya katakan masih ada.  Karena beberapa bulan lalu ada anak usia 16 tahun menikah walaupun pernikahan mereka tidak mendapatkan surat nikah resmi dari KUA. Kesadaran masyarakat akan permasalahan pernikanan dini belum sampai pada taraf maksimal, peran serta pemerintah tentu sangat diharapkan dalam hal ini.

Terkadang pernikahan dini tampak begitu rapuh, perceraian menjadi begitu mudah. Seperti kisah Noni dalam puisi esai saya, seorang gadis kecil yang dinikahkan diusia yang masih sangat belia, yaitu usia anak-anak kelas 6 Sekolah Dasar. Secara lahir maupun batin anak usia 12 tahun belum layak untuk menghadapi problematika dalam berumah tangga, sehingga masalah rumah tangga yang begitu kompleks belum bisa mengatasinya sendiri. Akhirnya pernikahannya begitu rapuh, mudah putus dan hancur berkeping. Bahkan si Noni sempat tiga kali bercerai dan tiga kali menikah.

Sangat berbeda sekali dengan dengan kisah Romeo dan Juliet zaman now yang sangat fenomenaldan sangat menggegerkan dunia.  Berita ini menjadi head line di Daily Miror, Inggris pada bulan Juli 2015. Foto mereka dimuat dengan ukuran besar, foto yang sangat menggugah hati dan membuat kita terharu ketika melihatnya. Mereka wafat hampir bersamaan dengan berpelukan, istrinya berusia 95 tahun dan suaminya 96 tahun dan mereka baru saja merayakan usia pernikahnya yang ke 75 tahun. Fisikly mereka sudah sangat uzur tapi cara mereka berpelukan ketika wafat membuat semua orang yang melihat dan membacanya merasakan adanya  sebuah kobaran api cinta yang selalu dihidupkan dalam dada mereka dan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari.

Sang istri  selalu mengungkapkan keinginan dan harapan kepada anak-anaknya ,”Jika Tuhan mengizinkan ibu  hanya ingin wafat dalam pelukan ayah”. Dan sang ayahpun juga mengungkapkan kalimat yang sama,”Jika Tuhan mengizinkan ayah ingin wafat hanya dalam pelukan ibu kalian”. Mereka sudah hidup bersama selama lebih dari 75 tahun. Anak-anak dan cucu-cucu mereka menjadi saksi bahwa,”Ibunya wafat dalam pelukan ayahnya, dengan derai air mata yang tertahan, rasa kehilangan yang sangat dalam karena ayah merasa yang wafat bukan hanya istri yang dicintainya tetapi juga pasangan jiwanya”. Lalu sang ayah berkata kepada anak dan cucunya,”Sejenak ayah ingin menghabiskan waktu bersama-sama dengan ibu dan nenek kalian”.

Pasangan ayah, ibu, nenek dan juga kakek ini selalu terlihat mesra seolah diantara keduanya tak ingin berbisah satu sama lain. Dua tiga jam kemuadian ayah dan kakek merekapun sudah wafat dalam kondisi berpelukan. Momen tersebut sangat langka sekali sehingga banyak wartawan yang mengabadikan momen sakral itu, sehingga tersebarlah foto yang merajai dunia maya dengan segala pemberitaan,”Romeo dan Juliat zaman now”. Kisah yang sanggup membawa cinta sampai ke liang lahat.

 Kisah ini menjadi heboh di Inggris, dan semua orang ternyata mengidamkan hal yang sama seperti kisah Romeo dan Juliet zaman now. Walau pada kenyatannya secara angka statistik angka perceraian di Inggris 50% percerain sebelum 5 tahun. Sehingga bermunculan sebuah riset, apakah yang membuat satu pasangan bisa betah dan bertahan dalam kurun waktu yang sangat panjang.  Mengapa pasangan tersebut bisa berumur panjang dan mesra sampai akhir hayat tetapi pasangan lain justru mesra di awal dan tumbang di perjalanan. Ada juga tetap bersama tapi api cintanya telah padam. Ternyata hasil riset para ahli mengatakan,”Mereka yang berhasil mempertahankan hubungan suami istri adalah mereka yang bisa ikut mengubah kwalitas hubungan suami istri menjadi hubungan persahabatan”.

Yang bisa menumbuhkan persahabatan yang panjang setelah perkawinan juga dijawab oleh Jalaluddin Rumi, seorang penyair besar muslim yang hidup kira-kira 800 tahun lalu. Dan menurut BBC puisi-puisi Rumi adalah puisi yang populer di dunia barat. Bahkan puisi-puisi Rumi tidak hanya dibaca di masjid-masjid tetapi juga di gereja dan universitas.  Rumi menulis sebuah puisi sebagai refleksi dari pertanyaan murid-muridnya yang bertanya bagaimana membangun sebuah rumah tangga yang samawa. Rumi menjawab dengan kalimat puitis, “Semua akan tercapai jika tiada lagi kau dan aku. Yang ada hanya kita dan cinta”. Maknanya sangat dalam sekali, Ketika tidak ada kau dan aku. Yang ada hanya kita dan cinta.

Sepertinya tidak ada kontempelasi antara pasangan Noni yang saya tulis dalam puisi esai dengan kisah Romeo dan Juliet zaman now atau ungkapan Rumi dalam jawaban puitis kepada murid-muridnya. Begitu bersebrangan dan bertentangan tetapi lagi-lagi itulah adanya. Oleh karenanya saya berharap kisah Noni Gadis Cilik Bermata Bulat tidak akan terjadi lagi di bumi Indonesia ini. Saya tulis dengan bahasa puisi sederhana sebagai rasa kegelisahan batih yang sudah sekian lama mengendap dalam hati sanubari terdalam. Oleh karenanya puisi esai memberi wadah dan kesempatan kepada saya untuk menulis dan menuangkan kisah Noni dalam puisi saya.



BIO DATA PENULIS



Rissa Churria, lahir di Banyuwangi, Tinggal dan menetap di Bekasi. Pendidikan terakhir adalah S2 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta Jakarta.  Aktif mengajar sebagai guru honor di daerah pingiran Bekasi yaitu di daerah Lubang Buaya untuk pendidikan MTs. dan MA sejak tahun 1997. Mengajar untuk tingkat SMP IT dan MA di Cibinong sejak tahun 2015. Aktif sebagai penggiat sastra dalam Forum Sastra Bekasi dan tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara. Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman.
Email : churriarissa@gmail.com   FB : Ummi Rissa, Phone : 081287812264. Blok yang bisa dikunjungi : sudutcahayapuisi.blogspot.co.id
Karya yang telah diterbitkan, antologi tunggal : Harum Haramain dan Sajak Perempuan Wetan. Antologi bersama : Senyum Lembah Ijen, Negeri Bahari – Negeri Poci, Ketika Kata Berlipat Makna, Bunga Bangsa, Ruang Tak Lagi Ruang, Kepak Sajak, Perempuan Dalam Puisi, PMK Menguak Skandal Korupsi Kepala Daerah, Solo Berpuisi, Mengungkap Jalan Rahasia, Indonesia dalam Titik 13, Menuju Jalan Cahaya, Ziarah Bathin, Wakil Rakyat, Kepada Bekasi, Sajak Puncak 1, Solo Dalam Puisi, Memandang Bekasi, Sajak Puncak-2, Ambarawa Seribu Wajah, Penyair Menolak Korupsi, dan lain lain, juga menulis di harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi.



0 komentar:

Posting Komentar

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com