seperti hari kemarin, hari ini adalah ritual kopi
aku menjamasi cangkir dengan kasturi yang kau beri
lalu kau atmakan lambang tubuhku di sana
dan kau sedu serbuk kopi dengan adukan gairah
memutar seirama arah pusaran bumi
langit masih jingga
kopi di cangkir kita masih berwarna sama
aroma sedapnya semakin kuat mengikat segala rasa
gula gula cemburu tercampur di dasar endaapannya
seketika udara menjadi gagu dan dungu
melihat kecupan merah di bawah dagu
kita duduk saling berhadapan
mata saling beradu berpandangan
lalu kita nikmati robusta yang kian pasrah
perlahan bibirmu menyentuh bibirku yang tertinggal
di cangkir persembahan itu
hari itu jiwaku jatuh dan mendiami rusukmu
cuaca membisu saat pagi menyentuh kulitku
cibinong
18.10.16
(antologi puisi kopi penyair dunia)
aku menjamasi cangkir dengan kasturi yang kau beri
lalu kau atmakan lambang tubuhku di sana
dan kau sedu serbuk kopi dengan adukan gairah
memutar seirama arah pusaran bumi
langit masih jingga
kopi di cangkir kita masih berwarna sama
aroma sedapnya semakin kuat mengikat segala rasa
gula gula cemburu tercampur di dasar endaapannya
seketika udara menjadi gagu dan dungu
melihat kecupan merah di bawah dagu
kita duduk saling berhadapan
mata saling beradu berpandangan
lalu kita nikmati robusta yang kian pasrah
perlahan bibirmu menyentuh bibirku yang tertinggal
di cangkir persembahan itu
hari itu jiwaku jatuh dan mendiami rusukmu
cuaca membisu saat pagi menyentuh kulitku
cibinong
18.10.16
(antologi puisi kopi penyair dunia)
0 komentar:
Posting Komentar