mendiang dhuha yang kau larungkan di tepi bengawan pagi
adalah pucuk kegelisahan dan warta dari negeri puisi
“selamat pagi bunda,hari ini adalah pengumuman”
“apakah kau berpuasa untukku, tandatanya”
dan aku berkata,”tenanglah aku akan
selalu memelukmu dalam do’a”
di tepi bengawan aku sematkan matahari
agar selalu hangat saat salju turun kebumi
dan kau tak lagi menggigil dingin
menunggu musim semi berganti
bernyanyilah karena rindumu
tak pernah sublim
“ibu, ridhoi aku agar tuhan berkenan memelukku
seperti hangat pelukmu saat kau dekap aku”
“tanamlah air matamu sampai matahari
terbenam dan menanak kegelisahan
hingga petang datang mengantar
makan malam cinta dari
langit yang memeluk
jelaga kehidupan,
anakku....”
bekasi,30.08.16
adalah pucuk kegelisahan dan warta dari negeri puisi
“selamat pagi bunda,hari ini adalah pengumuman”
“apakah kau berpuasa untukku, tandatanya”
dan aku berkata,”tenanglah aku akan
selalu memelukmu dalam do’a”
di tepi bengawan aku sematkan matahari
agar selalu hangat saat salju turun kebumi
dan kau tak lagi menggigil dingin
menunggu musim semi berganti
bernyanyilah karena rindumu
tak pernah sublim
“ibu, ridhoi aku agar tuhan berkenan memelukku
seperti hangat pelukmu saat kau dekap aku”
“tanamlah air matamu sampai matahari
terbenam dan menanak kegelisahan
hingga petang datang mengantar
makan malam cinta dari
langit yang memeluk
jelaga kehidupan,
anakku....”
bekasi,30.08.16
0 komentar:
Posting Komentar