(kecupan hangat : nduk win)
nduk
hujan masih mengintai
perjalanan kita baru sampai di serambi
kita berteduh di bawah payung mendung
yang besembunyi di antara punggung
biarkan hujan menari sesuka hati
memandikan seisi bumi
dan; kita tuntaskan
dialog kita
dengan
nya
nduk
lipat telekung dan sajadah
kita menunggu; gerimis masih manangis
langit wajahnya nampak muring murung
mungkin matahari sedang tertidur
sabarlah sebentar lagi; cahaya
memerah pipi dan dagunya
kita akan pergi bersama
bersiullah sepuasnya
agar harimu ceria
tak lagi duka
hanya ada
canda
tawa
nduk
tuntas sudah
angin menghalau basah
riwayat hujan tinggal kenangan
kita akan lanjutkan perjalanan menuju
padepokan tempat para empu menempa besi
untuk dijadikan pedang sastra yang tajam
agar dapat menandingi kilauan syair
arya dwi pangga penyair berdarah
dan; kita akan menimba diksi
yang akan kita dijadikan
mantra mata belati
esok hari atau
lusa nanti
ada kilau
puisi
bekasi, 05.02.16
hujan masih mengintai
perjalanan kita baru sampai di serambi
kita berteduh di bawah payung mendung
yang besembunyi di antara punggung
biarkan hujan menari sesuka hati
memandikan seisi bumi
dan; kita tuntaskan
dialog kita
dengan
nya
nduk
lipat telekung dan sajadah
kita menunggu; gerimis masih manangis
langit wajahnya nampak muring murung
mungkin matahari sedang tertidur
sabarlah sebentar lagi; cahaya
memerah pipi dan dagunya
kita akan pergi bersama
bersiullah sepuasnya
agar harimu ceria
tak lagi duka
hanya ada
canda
tawa
nduk
tuntas sudah
angin menghalau basah
riwayat hujan tinggal kenangan
kita akan lanjutkan perjalanan menuju
padepokan tempat para empu menempa besi
untuk dijadikan pedang sastra yang tajam
agar dapat menandingi kilauan syair
arya dwi pangga penyair berdarah
dan; kita akan menimba diksi
yang akan kita dijadikan
mantra mata belati
esok hari atau
lusa nanti
ada kilau
puisi
bekasi, 05.02.16
0 komentar:
Posting Komentar