aku menitipkan mendiang puisi di sini
saat rintik musim diksi kembali
dan aku harkatkan judul
di setiap kalimat
yang tumpah
di pusara
suci
kalimat cintamu hanya sebuah prasasti
terkubur diantara tulang tulang kenangan
dan rimbun daun dusta menyimpan tanya
yang selalu kau mantrakan tiap pagi dan senja
lalu pohon cumbu yang kau tanam
mengisyaratkan akar rindu terjeram
oleh amuk cinta dan kemustahilan
inilah tubuh yang semakin usang lusuh
cinta menjadi nafas dan ruh
lalu kau ikatkan seluruh perjalanan
di atas batu nisan tangisan
dan menjelma menjadi kupu kupu
samphei ingthai di telaga teduh
menanti gumpalan harap
dalam penantian pekat
bekasi, 10.08.16
0 komentar:
Posting Komentar