inilah lembaran keempatpuluhan
di mana tintaku terhenti di sini
membaca sajak hidupmu
seperti aku bercermin
ada yang tampak abuabu
senyum mengaburkan laraduka
tegar menelisik seisi ruangruang kalbu
lagilagi senyum membasuh keringat di dada luka
cinta bagimu puisi yang menjelma di labirin cakrawala
berhembus layaknya angin menyentuh dedaunan
mengalir seperti sungai menuju muaranya
tangis senyum tawa adalah suka cita
engkau perempuan di buku puisi
tak lagi berharap lebih bagi perjuangan
satu kunci semangat membebat tangan
keikhlasan tanda cinta untuk sebuah pengabdian
setu,14.04.1
0 komentar:
Posting Komentar