teratai putih itu mengingatkan aku pada danau biru
wajah lugu yang terbakar dendam dan pilu
ini adalah mitos yang lahir dalam
pening rawa jembatan tuntang
masih ku simpan sapu tangan hitam yang kau genggam
rajukku melipat kenangan di sepanjang tikungan
berkelok dalam lembah dan ngarai
menuju muara harapan di sana
pakaian yang kau kenakan belum sumpurna
aku masih di sini berdiri di hulu
mencari suaramu yang hilang
entah kemana
aku berputar putar di sepanjang kegelisahan
menatap langit yang hampir sama saja
menunggu astamu memeluk
suara klinting jemarimu
datang menyapaku
menyapaku
bekasi, 26.12.15
(antologi bersama ambarawa seribu wajah)
wajah lugu yang terbakar dendam dan pilu
ini adalah mitos yang lahir dalam
pening rawa jembatan tuntang
masih ku simpan sapu tangan hitam yang kau genggam
rajukku melipat kenangan di sepanjang tikungan
berkelok dalam lembah dan ngarai
menuju muara harapan di sana
pakaian yang kau kenakan belum sumpurna
aku masih di sini berdiri di hulu
mencari suaramu yang hilang
entah kemana
aku berputar putar di sepanjang kegelisahan
menatap langit yang hampir sama saja
menunggu astamu memeluk
suara klinting jemarimu
datang menyapaku
menyapaku
bekasi, 26.12.15
(antologi bersama ambarawa seribu wajah)
0 komentar:
Posting Komentar