Rabu, 24 Oktober 2018

Kontempelasi Finding Vivian Maier dan Buku Foto Puisi Hanya Untukmu


Oleh : Ummi Rissa
______________________________________

Membaca Foto Puisi karya bunda Sulis Bambang mengingatkan saya pada sebuah film yang berjudul  Finding Vivian Maier.  Film yang pernah memperoleh penghargaan Oskar pada tahun 2015 ini berkisah tentang seorang Nanny atau baby sister yang mempunyai hobby memotret.  Tidak ada satu orangpun tahu ternyata koleksi fotonya terkumpul dalam ratusan rol film sampai satu peti penuh. 

Vinding Vivian Maier adalah film dokumenter yang berusaha merekonstruksi kehidupan Vivian Maier, seorang fotografer perempuan yang tidak dikenal sampai karyanya ditemukan oleh John Maloof yang membeli satu peti berisi film negatif dari sebuah balai lelang. Dan foto-foto karya Vivian ternyata sangat fenomenal. 

Vivian Maier adalah sosok  fenomenal sekaligus mempunyai kisah bagaimana apresiasi seni seringkali datang terlambat. Seorang fotografer amatiran yang sehari-harinya bekerja sebagai nanny alias baby sitter. Vivian menghabiskan waktu luangnya dengan memotret di jalanan di kota New York dan Chicago antara tahun 1950 sampai 1970-an dengan hasil yang fantastis. Namun entah kenapa foto-foto tersebut hanya menjadi koleksi pribadi  yang tersimpan di peti bahkan mayoritas filmnya belum diproses.

Film ini mendokumentasikan kisah nanny misterius yang diam-diam menghasilkan 100.000 foto, tersimpan dalam sebuah kotak dan baru ditemukan satu dekade kemudian oleh seorang fotografer hebat, John Maloof. John dan Charlie Siskel ingin mengangkat sisi kehidupan Vivian yang cukup unik sekaligus menarik, melalui foto-foto yang belum pernah diperlihatkan sebelumnya.

Karya-karya menakjubkan Vivian pertama kali ditemukan pada 2007 oleh John Maloof dalam acara lelang di Chicago's Northwest Side. Dari sanalah karya-karya Vivian berhasil mengubah hidup John dan ia berniat mempertontonkannya ke masyarakat. Kini, karya-karya fotografi Vivian telah diarsipkan olehnya agar publik dan generasi selanjutnya dapat ikut menikmati.

Bunda Sulis Bambang adalah sosok nenek dari lima cucu yang sedang menunggu kelahiran cucu ke 6. Hidup di tengah-tengah orang-orang yang sangat mencintainya.  Seperti halnya Vivian, hobbynya adalah fotographi. Namun bunda Sulis lebih beruntung karena bisa mengakurasikan hasil jepretannya di atas kertas sebagai wujud dan hasil bidikannya.  

Ketajaman perasaannya membaca bidang dan objek foto patut kita hargai. Hasil hasil bidikannya sangat keren sekali.  Apalagi foto foto yang tersaji selalu disandingkan dengan gelaran puisi puisi pendek yang membuat saya menahan nafas sejenak.  Bukan karena apa apa tapi karena kontempelasi antara foto dan puisi sangat pas dan diksi yang dipilih sungguh sangat berjodoh  sekali. 

Dari hasil bidikannya bunda Sulis berhasil mendokumentasikan dalam sebuah judul buku "Hanya Untukmu". Dalam bukunya ini, bunda berusaha mengawinkan hasil bidikannya yang berupa foto dengan larik-larik puisi pendek.  Pertama kali saya membuka buku tersebut,  saya mendapati sebuah prolog yang manis, sesekali saya tersenyum membaca kelakar dalam prolog tersebut.  Sehingga menggundang rasa penasaran saya makin dalam untuk terus membaca lembar-lembar selanjutnya. 

Dalam louncing perdananya di PDS H.B. Jassin,  bunda Sulis mengatakan,"Buku hanya untukmu lahir sebagai wujud kecintaan saya pada fotographi dan puisi". Lebih dari itu,  beliau juga tidak berminat untuk mengklaim jenis Foto Puisi seperti ini adalah hasil dari ide idenya.  "Saya suka menulis puisi,  saya juga kebetulan suka memotret, tiba-tiba saja muncul ide untuk mengawinkannya,  walau saya tahu antara foto dan puisi adalah hal yang bertolak belakang,  tapi inilah jadinya,  saya tidak pernah menyesali telah melahirkan karya seperti ini. Bahkan saya bahagia karena usaha ini bisa selesai bertepatan dengan kembalinya si bungsu saya dari studinya di Australia ke tanah air tercinta. Kembali ke pelukan saya", ujarnya. 

Yang unik dari foto puisi ini adalah seluruh foto dan puisinya tidak bernama alias tidak berjudul.  Ketika dikonfirmasi kepada bunda Sulis,  beliau hanya menjawab sederhana, "Ya itulah yang bisa saya persembahkan kepada pembaca dan penikmat sastra, saya sengaja tidak meberinya judul". Entah apa maksud dari semua,  kalau boleh saya menafsirkan mungkin beliau ingin menciptakan identitas pada semua gambar dan puisinya sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan.  

Seluruh puisinya tidak berjudul dan cenderung pendek.  Seolah di sana berbicara,  gambar adalah judulnya sedang puisi adalah isinya.  Ini adalah akulturasi foto dan puisi yang tercipta sangat apik. Terlebih dalam buku tersebut menghadirkan seorang editor yang bernama "Eko Tunas". Justru di tangan seorang editor yang handal Foto Puisi ini menjadi lebih hidup, berwajah dan bernyawa.  Karena foto puisi adalah hal yang belum populer di Indonesia,  perlu tangan terampil seorang editorial untuk merekatkan antara foto dan puisi agar lahir alamiah tanpa operasi sesar.  

Seperti halnya dalam kisah Vivian Maier.  John adalah nyawa dari proyek rekonstruksi kekaryaan Vivian.   Selain membuat film dokumenter yang berisi foto, film, dan beberapa interview dengan orang-orang yang mengenal Vivian, ia juga membuat buku berjudul VIVIAN MAIER: STREET PHOTOGRAPHY. Karya-karya Vivian memang menandai bangkitnya Street Photography.
Film dokumenter Finding Vivian Maier berhasil masuk dalam nominasi Oscars 2015 dalam kategori Best Documentary Features, bersaing dengan LAST DAYS IN VIETNAM, CITIZENFOUR, THE SALT OF THE EARTH, dan VIRUNGA. Sayangnya, film ini ditaklukkan CITIZENFOUR.

Namun sebelumnya, FINDING VIVIAN MAIER berhasil menyabet Best Documentary Feature di Portland International Film Festival dan Miami International Film Festival.

Lalu timbul sebuah pertanyaan,  apakah untuk menjadi dikenal orang banyak seorang pekarya harus mati dulu seperti Vivian?  Jawabannya tentu tidak.  Terkadang di negeri tercinta ini apresiasi terhadap seni datang terlambat.  Saya rasa langkah yang diambil bunda Sullis sudah tepat.  Beliau mencoba mendokumentasikan semua kekaryaan semampunya.  

Bila kurang sempurna saya rasa wajar saya,  karena ada ungkapan yang mengatakan, "Tak ada gading yang tak retak,  tidak ada manusia yang sempurna". Semua butuh proses pembelajaran untuk menyempurnakan karya sebelumnya.  Oleh karenanya diharapkan akan lahir karya berikutnya yang lebih baik dan lebih sempurna. Mungkin suatu saat foto puisi bunda Sulis akan menjadi karya yang fenomenal seperti kisah Vivian.  Seorang fotographer amatir ternyata mampu melahirkan hasil jepretan yang luar biasa. 

Saya tidak sependapat jika ada  yang mengatakan bahwa, "Buku foto puisi Hanya Untukmu,  terkesan baru seperti eksperimen". Mana mungkin sebuah kelahiran kekaryaan sebuah eksperimen semata,  berkarya kok coba-coba! Saya percaya, segala sesuatu yang lahir di dunia ini bukan sebuah kebetulan,  begitu pula buku Hanya Untukmu,  saya rasa bukan sesuatu yang kebetulan.  Tentu penulisnya sudah merancang sedemikian rupa,  memerlukan waktu yang sangat panjang untuk mengerami dan memutuskan musti begini dan begitu.  Sehingga lahirlah sebuah karya. 

Puisi ke 10 adalah penanda kelahiran dari foto puisi karya bunda Sulis.  Puisi ke 10 bergambar bulan tertutup awan hitam sehingga hanya terlihat seolah seperti bulan sabit. 

kau curi cinta
saat malam makin tua

rembulan tinggal seiris
untuk apa menangis

cinta tinggal kerangka

Penulis hendak mengatakan bahwa," kau curi cinta / saat bulan makin tua// cinta serupa cahaya,  bila bulan bertambah usia maka purnama sedikit demi sedikit beringsut seolah dimakan oleh mega mega. Semua begitu saja terjadi,  sudah menjadi general true,  dan menjadi sunatullah, sehingga si aku mengungkapkan,  "rembulan tinggal seiris / untuk apa menangis //
Inilah yang terjadi,  sesuatu rutinitas yang selalu kita alami tak perlu diratapi walau kita harus kehilangan cahaya dan berganti dengan gulita. 
/ cinta tinggal kerangka / di baris terakhir terkesan ada kepedihan dan terkesan pasrah pada takdir.  Padahal di baris sebelumnya menunjukkan ketegaran / untuk apa menangis / gaya bahasa pertentangan dimainkan di sini. 

Dalam puisi ke 10 juga tersirat makna besar yang hendak disampaikan penulis,  "urip mung sak dermo mampir ngombe" hidup hanya seolah singgah untuk minum.  Hanya mengikuti takdir dari yang Maha mengatur.  Sebab semua telah ditentukan oleh garis yang Maha Kuasa.  Sebesar apapun kita berusaha,  jika sudah sampai waktunya maka takdirlah yang lebih berkuasa. 

renta duniaku
senja terus berlalu
cerita mengharu biru

dekatku ketenanganku
hadirku miliku, semuanya bagi-mu

Lubang Buaya, 23.03.18

TEMAN DALAM DIMENSI PRIBADI : Opini



_______

Ummi Rissa 



Berteman adalah hal yang fitrah bagi setiap manusia,  terlebih manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia yang lain.  Dalam hidup ini kita mengenal istilah teman dan mengenal saudara.  Saudara ada saudara sedarah sekandung ada pula saudara sejalur keturunan saja. 


Teman mempunyai arti yang sangat luas,  Terkadang kedudukan teman bahkan sahabat ini lebih dari saudara. Jika kita pernah marantau di tempat yang jauh dari saudara dan orang tua,  kita akan merasakan bagaimana berartinya teman,  tetangga atau rekanan. 

Dalam hidup bermasyarakat, manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan kealpaan.  Mengisyafinya itu adalah jalan terbaik,  bukan malah larut dan menikmatinya.  Kalaupun itu adalah sebuah dosa, jika kita menginsyafinya,  Allah akan tetap mengampuni.  


Tak ada gading yang tak retak,  begitu kata pepatah.  Kembali kepada ketentuan yang telah digariskan. Menerima segala yang sudah ditakdirkan.  Bukan mencari pelarian dan peleraian hati untuk sekedar pembenaran sesaat.  Teman yang baik adalah teman yang bisa membawa kepada keselamatan.  Mengingatkan jika kita terjebak ke arah tipu daya syetan.  

Segera menyadari segala kekurangan dan kalpaan adalah kebaikan yang tak ternilai.  Jika itu terjadi,  anggap saja itu mimpi dan segera bangunlah untuk memandang matahari yang menyinari dunia fana ini. 

Tidak ada yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan hanya milik Allah semata.  Teman melengkapi perjalanan hidup kita setelah ayah ibu kita,   suami,  istri,  anak anak dan keluarga yang lainnya.  
Terkadang kebaikan teman tidak bisa diukur, dia rela mengorbankan apa saja,  menolong dan menggapai saat kita jatuh.  Menolong tanpa pamrih, mendengar semua yang sulit dan keluh kesah. 

Kadang ada tipe teman yang seperti blangkon.  Dia suka membuka aib kita.  Di depan seolah baik namun di belakang ngepelin.  Nah itu seperti ini perlu diwaspadai. Bicara seperlunya dan jangan terlalu dekat.  Karena kalau terlalu dekat dia akan mengganggu stabilitas dalam negeri kita. 

Ok. sekarangterserah anda mau pilih teman yang seperti apa.  

#keretaarahrangkas.06.09 18

Gerakan Puisi Esai dalam Merefleksikan Lebaran Yatim dari Aceh Hingga Papua


______________________________
Oleh  : Ummi Rissa

Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang yatim. Dalam surat Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:

(( أرأيت الذي يكذب بالدين ، فذلك الذي يدع اليتيم ، ولا يحض على طعام المسكين ))
.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak  yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin ”
{QS. Al-ma’un : 1-3}

Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada fakir miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang ancamannya berupa api neraka
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman :

(( فأما اليتيم فلا تقهر ، وأما السا ئـل فلا تنهر ))

“Maka terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap   pengemis janganlah menghardik”.{QS.  Ad-Dhuha : 9 – 10 )

Sedangkan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang keutamaan mengurus anak yatim diantaranya sabda beliau :

أنا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا
(رواه البخاري ، كتاب الطلاق ، باب اللعان )

Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit  merengganggangkan kedua jarinya

Dan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda :

عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال ” من قبض يتيما من بين المسلمين إلى طعامه وشرابه أدخله الله الجنة إلا أن يعمل ذنبا لا يغفر له  ( سنن الترمذي )

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.

Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a. hadits yang berbunyi :

عن أبي هريرة أن رجلا شكا إلى النبي صلى الله عليه وسلم قسوة قلبه فقال إمسح رأس اليتيم وأطعم المسكين (رواه أحمد )

Dari Abu Hurairoh, bahwa seorang laki-laki mengadu kepada Nabi saw akan hatinya yang keras, lalu Nabi berkata: usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin

Dan hadits dari Abu Umamah yang berbunyi :
عن أبى أمامة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده كنت أنا وهو فى الجنة كهاتين وقرن بين أصبعيه (رواه أحمد )

Dari Abu Umamah dari Nabi saw berkata: barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan  tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersama dia disurga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya.

Demikianlah, ajaran Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada anak yatim dengan memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan memuliakan mereka. . Kemudian memberi balasan pahala yang besar bagi yang benar-benar menjalankannya, disamping mengancam orang-orang yang apatis akan nasib meraka apalagi semena-mena terhadap harta mereka. 

Ajaran yang mempunyai nilai sosial tinggi ini, hanya ada didalam Islam. Bukan hanya slogan dan isapan jempol belaka, tapi dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi dan kaum muslimin sampai saat ini. Bahkan pada jaman Nabi saw dan para Sahabatnya, anak-anak yatim diperlakukan sangat istimewa, kepentingan mereka diutamakan dari pada kepentingan pribadi atau keluarga sendiri. Gambaran tentang hal ini, diantaranya dapat kita lihat dari hadits berikut ini :

عن ابن عباس قال لما أنزل الله عز وجل ( ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتى هي أحسن ) و (إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما) الأية انطلق من كان عنده يتيم فعزل طعامه من طعامه وشرابه من شرابه فجعل يفضل من طعامه فيحبس له حتى يأكله أو يفسد فاشتد ذلك عليهم فذكروا ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم فأنزل الله عز وجل (ويسألونك عن اليتامى قل إصلا ح لهم خير وإن تخالطوهم فإخوانكم) فخلطوا طعامهم بطعامه وشرابهم بشرابه

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat “janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang hak” dan “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzolim” ayat ini berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak yatim, dimana mereka memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dan minuman anak itu, mereka  mengutamakan makanan anak itu dari pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan disuatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu sangat berat bagi mereka kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw. Lalu Allah menurunkan ayat “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu” kemudian orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim. 

Terlepas dari pro dan kontra puisi esai, Bendera puisi esai terus berkibar dari Aceh hingga Papua,  puisi esai terus menyuarakan kegelisahan, suara batin dan isu yang berkembang di masyarakat sebagai gejolak sebuah peradaban dan permasalahan sosial.  Dalam tiap perjalanan saya bertanya pada diri sendiri apa yang salah dengan puisi esai? Menyantuni anak yatim, mengusap kepalanya adalah bentuk refleksi kepedulian Komunitas Puisi Esai yang perlu didukung. Menurut saya kegiatan ini sangat mulia dan jauh lebih baik dari pada kita berdiam diri,  berpangku tangan, dan tidak berbuat   apa. 

Berbagai hujatan dan tudingan miring  kepada penggagas puisi esai yaitu Denny J. A. dalam segala kegiatannya.  Saya merasa  semua mulai tidak affair, apapun  yang dilakukan tetap saja salah. Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan tidak pernah menukar kebaikan dengan kebatilan, tidak pernah menukar antara salah dan benar,   tidak menukar antara neraka dan surga.   Sesuatu yang baik dan hangat di bulan Muhaharam adalah   momen tepat untuk membahagiakan anak anak yatim. Tentu semua agama mengajarkan agar kita perduli terhadap sesama terlebih kepada yatim,  yatim piatu dan miskin papa.  Apalagi di dalam agama Islam yatim sangat dimulyakan.  

Muharam yang disebut sebut sebagai bulannya anak yatim,  bulan lebaran yatim adalah momen untuk berbagi.  Memberi kebahagiaan untuk anak anak yatim  bukan sekedar kegiatan sosial biasa.  Kalau pun  terdengar suara sumbang di sana sini biarlah menjadi sesuatu yang indah di akhir cerita.  Tetaplah menebar kebaikan di bumi Indonesia dan bahkan di belahan dunia.  Kuatkan hati bagi punggawa punggawa pues yang di tangannya di letakkan amanah besar.  

Akhirnya apa pun bendera sastranya mari kita tetap berkarya. 

Kommuterline arah  Bekasi,15.09.18

KESETIAAN SEPASANG SANDAL JAPIT



Sandal japit adalah benda sederhana yang setia berpasangan menemani kaki untuk berjalan ke sana kemari.  Dia senantiasa berdua dengan pasangannya dalam keadaan cuaca terang, hujan atau pun cerah.  Siap melindungi kaki siapa pun yang memakainya,  baik dari amuk kerikil atau pun benda benda berbahaya,  seperti : paku,  pecahan kaca, genting dan lain sebagainya. 

Manusia menciptakan sandal jepit memang untuk diletakkan sebagai alas kaki,  melindungi kaki dari apa pun yang sekiranya membahayakan, terutama telapak kaki.  Kalau tiba tiba sandal jepit menjadi alat untuk melempar sesuatu kemudian terantuk kepala,  itu sudah lain perkara.  Kembali kita pada topik bahasan kita yaitu sepasang sandal japit.  Kesetian sandal jepit dengan pasangannya. Kita mungkin menganggap sepele keberadaannya,  tapi sandal japit ini adalah contoh kesetiaan yang mungkin bisa dijadikan sebagai bahan perenungan. 

Kita sering melihat sandal japit,  bahkan memakainya sebagai alas kaki setiap hari.  Pernahkah kita berfikir bahwa dia selalu seiring sejalan dalam cuaca apa pun, dalam keadaan apa pun, tidak ada baginya yang merasa hebat, lalu menginjak sandal pasanganya sendiri. Mereka juga tidak saling mendahului,  tidak saling mencaci bila tali dari salah satunya menjadi putus karena telah retas oleh panas dan cuaca.  Jika salah satunya rusak atau putus talinya,  sandal yang satu akan tetap setia menunggu sampai ada tangan tangan baik memperbaikinya.  Dia tidak akan berjalan seorang diri dengan satu kaki pemakainya. 

Why sandal japit?  Jika benda sederhana saja bisa saling setia dan saling menjaga,  lalu apa beratnya dengan kita manusia yang diberi naluri, perasaan dan akal fikiran tidak mengambil pelajaran dari sekedar sandal japit yang setiap hari kita pakai.  Manusia memang ditakdirkan saling berpasangan,  terkadang badai dan amuk masalah datang menerjang seperti hadirnya tsunami,  terkadang serupa badai angin puting beliung,  kadang pula seperti longsor.  Tapi jika kita bisa menyikapinya dengan sabar,  kesederhanaan maka badai akan berubah menjadi pucuk pucuk dedaunan di musim semi,  dan hamparan bunga warna warni setelah musim gugur tiba.  

Menghargai pasangan kita seperti sandal jepit menghargai pasanganya,  tidak saling mencemooh,  menginjak satu sama lain dan tetap beriringan disegala cuaca.  Jika anda punya permasalahan dengan pasangan anda,  jangan biarkan berlarut dalam jangka waktu yang lama,  karena hal kecil jika bertumpuk tumpuk maka akan menjadi sesuatu yang besar.  Dan lebih berbahaya jika semuanya seolah menjadi bom waktu yang sekali meledak akan membinasakan seluruh lingkungan keluarga anda.  

Komunikasikan segala sesuatu agar menjadi baik,  seperti hanya sandal japit yang selalu beriring setapak setapak agar tidak saling melukai pasangannya.  Sesederhana apa pun komunikasi, tetap harus ada sebab lost contak komunikasi akan sangat berbahaya.  Apalagi kehadiran orang ketiga yang terkadang malah memperkeruh suasana.  Ini sangat tidak sehat untuk hubungan selanjutnya.  Terkecuali orang ketiga yang bisa membawa islah untuk segala masalah,  orang ketiga yang selalu memberi penyejuk untuk anda dan pasangan agar selalu bersama dalam genggaman satu bahtera.  Kembali kepada kebaikan untuk  keluarga. Jika tidak tinggalkan orang ketiga yang anda anggap bijaksana itu. 

Kata terahir,  belajar dari sesuatu yang sederhana akan membuat kita selalu berpikir sederhana.  Jangan menginginkan sandal emas yang baru dalam angan angan, kemudian sandal jepit yang ada sudah kita buang.  

Eh sandal jepit.  Semoga menginspirasi

wassalam
Ummi Rissa

ANTUSIAS STAR WARDS DAN PUISI ZAMAN NOW


Oleh : Rissa Churria, M.Pd.

Dunia perfilman menjadi heboh dengan kehadiran film Star Wards, dalam perjalanan perfilman, Star Ward menjadi film yang tetap dikenang sepanjang masa. Semua orang tentu kenal dengan film Star Wars atau setidaknya kita mengenal dan tahu judulnya yang menjadi identitas dan brand industri perfilman yang menumbuh kembangkan kelompok-kelompok, grup ataupun komunitas-komunitas pecinta film Star Wards. Dan yang seru lagi maskot, pin dan segala tetek bengek yang berhubungan dengan Star Wards merebak di mana-mana. 
Yang membuat tercengang dan mengerutkan dahi  lagi adalah Star Wards tidak lagi sekedar film biasa, tetapi seolah menjadi sebuah badan usaha yang tidak pernah ada surutnya. Bahkan menjadi brand besar industri perfilman. Dari episode awal hingga episode kedelapan yaitu The Last Jedi yang diputar pada tahun 2017 lalu, film ini selalu mendapatkan antusias penonton dan sangat ditunggu oleh para follower dan pecinta Star Wards. Lalu apakah Puisi Esai akan bisa sefenomenal Star Wards? Saya rasa bisa saja terjadi, karena saya tahu DJA adalah seorang yang gigih dan tidak mudah menyerah dalam keadaan apapun, bahkan walau dunia menghujat dan menudingnya dengan kalimat-kalimat miring. Justru menurut saya itu akan menjadi tambahan amunisi baginya untuk terus melanjutkan opsesi dan cita-citanya sehingga Puisi Esai akan menjadi besar dan makin berkibar di jagat sastra.
Jika kita kembali ke belakang, sejenak menengok sejarah awal pertumbuhan film Star Wards yang akhirnya digandrungi dan ditungu-tunggu oleh para penikmat film. Sebenarnya akan terbersit sebuah pertanyaan, mengapa Star Ward bisa sampai kepada episode kedelapan? Padahal awalnya film yang digarap apik oleh George Lucas (GL) ini sempat ditolak oleh Universal Lucas karena dianggap terlalu berlebihan dan terlalu berimajinatif yang tidak masuk akal. Lebih dari itu film ini keluar dari konteks gendre film yang sedang laku pada umumnya. Tetapi sungguh ajaib Star Wards mampu membuktikan sebagai film fenomenal yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya walaupun plot dalam film ini hanya dibolak balik, berputar dan di jungkir balikan saja. 
Dari beberapa informasi yang pernah saya baca, penggagas film Star Wars, George Lucas, sudah sempat berpikir untuk membuat film perang bintang sejak maraknya film-film futuristik dan fiksi sains antariksa. Termasuk film Star Trek, sekitar tahun 1964 dan film 
Space Odyssey tahun 1968 yang sangat fenomenal, garapan apik sutradara Stanley Kubrik. Namun idenya pernah ditolak juga oleh petinggi Holywood karena dianggap tidak sesuai dengan film-film yang laku pada zamannya. Tetap saja akhirnya film itu tampil di permukaan hingga berhasil menyedot animo penonton dan mendapat sambutan yang luar biasa.     
Kini dunia sastra pun heboh dengan kehadiran Puisi Esai, sejak kehadiran buku Atas Nama Cinta dan buku 33 Tokoh Sastra paling Berpengaruh di Indonesia, dunia kesusastraan Indonesia seolah demam dan tak henti-henti membicarakan sepak terjang Denny Januar Ali (DJA) yang masuk dalam buku 33 Tokoh Sastra Berpengaruh di Indonesia. Mulai dari penulisan Puisi Esai yang diberi bayaran sampai kontroversi keberadaan Puisi Esai itu sendiri.
Sekilas sepak terjang  DJA sebagai penggagas Puisi Esai hampir sama saja dengan GL. DJA mempunyai keyakinan yang kuat akan berkembangnya Puisi Esai di Indonesia bahkan mungkin dunia, terbukti akan lahir 34 seri buku Puisi Esai dari propinsi di Indonesia yang melibatkan 170 penulis se-Indonesia. Padahal semua itu terjadi di tengah hujatan-hujatan, tuduhan-tuduhan miring seputar Puisi Esai. Bahkan polemik dan kontroversi di tengah publik yang di tandai dengan penulisan berbagai macam pendapat tetang Puisi Esai dan bahkan diskusi-diskusi pro dan kontra yang sudah bergulir hingga tiga putaran, bertempat di Rumah Budaya Guntur 49, Jakarta.  Saya dengar diskusi pro dan kontra ini akan berlangsung sampai 6 putaran. Tapi kenyataannya tidak menyurutkan semangat DJA untuk terus mengibarkan bendera Puisi Esai. Dia tetap maju bersama punggawa-punggawanya yang siap mengusung Puisi Esai.   
Rame rame soal Puisi Esai yang sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat sastra hingga soal petisi yang ditanda tangani oleh para penggiat sastra.   Hal ini menjadi semakin menarik ketika digelarnya diskusi pihak pro dan kontra Puisi Esai dari putaran pertama yang dihadiri pembicara-pembicara dari pihak pro dan kontra hingga diskusi putaran kedua dan ketiga. Pembicara pihak pro sengaja disandingkan dengan pembicara pihak kontra. Walau pada diskusi putaran kedua dan ketiga pembicara dari pihak kontra tidak datang dan ikut duduk di panggung yang telah disediakan. 
Kehadiran Puisi Esai dalam kancah panggung sastra Indonesia adalah bentuk manifestsi dan perkembangan kekaryaan dalam dunia sastra. Bagi saya ini adalam sumbangsih kekaryaan sebagai kekayaan budaya bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa roda selalu berputar, waktu terus berjalan, zaman terus berubah dan berkembang. Sudah menjadi sunatullah bahwa kehidupan ini memang berkembang, apalagi segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya, bahasa dan segala jenis kekaryaan termasuk dalam dunia sastra. Kita tidak bisa menghindari perkembangan dan lajunya kehidupan kesusastraan Indonesia, dan tidak bisa memaksa pelaku sastra untuk jumud pada jenis yang lahir di era sebelumnya. Kelahiran genre baru dalam dunia sastra suatu hal yang lumrah, sebut saja Puisi Esai yang sedang ramai dibicarakan masyarakat sastra, bahkan menimbulkan polemik dan perdebatan antar masyarakat sastra. 
Ada hal yang menarik dalam Puisi Esai sehingga saya pun ikut terlibat dan menulis di dalamnya. Rasa penasaran yang menggelitik keingin tahuan sehingga saya tertantang untuk menulis. Serta merta saat itu saya geogling mencari tahu apa dan bagaimana Puisi Esai. Hal pertama yang menarik perhatian adalah catatan kaki dalam Puisi Esai. Baru kali pertama saya mendapati puisi yang memiliki catatan kaki begitu panjang, bahkan terkadang lebih panjang dari puisinya. Saya hanya berpikir, ini adalah bentuk puisi yang baru dan belum pernah saya dapati sebelumnya. Kalau ada orang bilang ini seperti Prosa Lirik, saya rasa tidak juga. Mirip dengan cerpen, ya mungkin karena di sana ada alur cerita, tokoh, latar dan lain-lain tapi lebih ini adalah puisi, diksi yang dipilih, irama, rima, pencitraan dan mengimajian lengkap layaknya puisi. Diam-diam saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah ini puisi zaman now? 
Antara Puisi dan Esai adalah esensi yang sangat berbeda, kalau boleh saya kutip beberapa pengertian Esai sebagai berikut : Menurut KBBI Esai adalah karya tulis atau karangan dalam bentuk prosa yang memaparkan tentang sesuatu masalah dari sudut pandang pribadi penulis secara lugas dan sepintas.Menurut Ensiklopedi Indonesia, Esai adalah jenis tulisan prosa yang menguraikan masalah dalam bidang kesusastraan,kesenian kebudayaan,ilmu pengetahuan dan filsafat. Berdasarkan pengamatan,pengupasan,penafsiran fakta yang nyata atau tanggapan yang berlaku dengan mengemukakan gagasan dan wawasan pengarangnya sendiri. 
Sedangkan Puisi secara umum merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mengungkapkan perasaan dan pikiran dari penyajinya imajinatif, tersusun, dan disusun dengan mengonsentrasikan suatu bahasa dengan suatu struktur fisik dan struktur batinnya. Oleh karenanya saya merasakan ada sesuatu yang baru di sini, antara puisi dan esai dikawinkan yang mana akan melahirkan gedre baru yaitu Puisi Esai. Ternyata menulis puisi Esai mengasikkan juga, selain kita membuka literatur untuk bahan penulisan, tentu semakin menarik ketika mendalami isu isu yang merebak di daerah tempat tinggal kita sendiri khususnya dan umumnya di tempat-tempat yang lain. 
Sungguh luar biasa, saya tidak pernah menyangka ternyata antusias penulis Puisi Esai dari Aceh hingga Papua, bahkan melibatkan 170 penulis di seluruh Indonesia.  Saya murni hanya ingin menulis dan mempunyai pengalaman menulis Puisi Esai, walaupun banyak yang nyiyir dengan apa yang saya lakukan, nyatanya saya tetap menulis. Saya hanya ingin menempatka diri saya di mana-mana, tidak fanatik terhadap satu jenis penulisan saja, saya tetap menghormati setiap gagasan dan genre sastra yang lahir di bumi nusantara. Apakah saya salah jika saya ikut menulis Puisi Esai? Adapun kemudian ternyata puisi saya dihargai dan kemudian diberikan imbalan finansial, saya rasa itu wajar saja. Kenapa wajar? Sebab menulis Puisi Esai tidak seperti menulis puisi lainnya, perlu research, perlu waktu yang sangat panjang, perlu referensi dan lain sebagainya.
Menulis Puisi Esai merupakan pengalaman baru buat saya, mungkin sebelumnya saya pernah menulis puisi dengan gaya naratif tetapi saya tidak menggunakan catatan kaki sebagai penanda peristiwa. Saya hanya menulis sesuai dengan apa yang saya lihat dan saya rasakan saat itu. Biasanya saya menulis puisi menghadirkan rasa terlebih dahulu baru kemudian logika dan data. Tetapi menulis Puisi Esai posisi terbalik, mengumpulkan data berdasarkan fakta baru menghadirkan kepekaan rasa. Jika sudah terbiasa saya rasa akan sama saja, menulis puisi dengan genre apapun tetap sama saja, tinggal bergantung pada selera dan kecenderungan masing-masing penulisnya. 
Yang jelas saya tidak mau terjebak dan jumud pada satu gendre sastra, walau hanya satu Puisi Esai yang pernah saya tulis. Minimal saya sudah berkontribusi dalam sejarah sastra dan penulisan genre puisi zaman now yang sedang dibicarakan banyak kalangan sastra. Apakah saya akan ikut dihujat dan dilabeli tinta merah? Wallahu alam bishawab, niatnya hanya satu, menulis dengan niat karena Allah, tidak lebih! 
Membaca Puisi Esai dari Aceh hingga Papua membuat aliran darah pada  jantung saya tiba tiba menderas, dan sesekali melambat. Gaya penulisan puisi dengan menggunakan tokoh dan alur cerita serta catatan kaki yang menunjukkan kejadian sesungguhnya terjadi dalam Puisi Esai. Puisi Esai sangat panjang, dalam satu puisi bisa mencapai 3000 kata bahkan lebih di luar catatan kaki. Saya rasa Puisi Esai sangat mungkin untuk direkontrukasi menjadi berbagai macam bentuk sastra yang lain, diantaranya adalah dibuat sebuah skenario film dan kemudian difilmkan.
Mengapa saya mengulas sedikit sejarah film Star Wards di sini, menurut saya ada kesamaan kisah yang hendak dibangun antara kronologi beredarnya film Star Wards yang melegenda dengan Puisi Esai yang digagas oleh DJA. Seolah ada kontempelasi antara DJA dengan GL dalam penuangan ide-idenya,  keduanya bergerak dalam seni namun dengan bidang yang berbeda. GL bergerak diperfilman dan DJA dibidang sastra puisi. Keduanya sama-sama kekeh dengan ide-ide yang menurut sebagian orang menjadi ide gila. GL ditolak oleh petinggi Holywood sedang DJA ditolak pula oleh sebagian petinggi sastra.
Pertanyaannya adalah apakah mungkin dan bisa  Puisi Esai  dijadikan sebuah skenario film dan difilmkan? Jawabannya tentu sangat memungkinkan dan bisa. Kenapa tidak, Puisi Esai adalah genre puisi yang mungkin sekali untuk diangkat menjadi film. Puisi Esai mengangkat kisah-kisah dan isue sosial yang merebak sepanjang daerah-daerah di Indonesia. Dalam penulisannyapun tergolong puisi naratif yang sangat panjang sehingga memungkinkan untuk merekontruksi menjadi sebuah film. Berdasarkan hasil pengamatan saya, ternyata DJA adalah seorang yang berselera dan mempunyai talenta yang lebih sehingga DJA juga mempunyai keinginan untuk membesarkan Puisi Esai lewat media yang berbeda  yaitu teater, film dan lain-lain.
     Jika kita mengikuti perjalanan Puisi Esai ternyata telah lahir lima film dari rahim Puisi Esai bertema anti diskriminasi hasil kolaborasi DJA dengan sutradara Ayat Ayat Cinta, Hanung Bramantyo. Film itu telah diputar dalam festival film bergengsi Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) VIII di Yogyakarta beberapa tahun lalu. Kelima film itu berjudul, Sapu Tangan Fang Yin,  Cinta Terlarang Batman dan Robin, Bunga Kering Perpisahan, Romi dan Juli dari Cikeusik, dan Minah Tetap Dipancung yang telah diputar dalam sesi Spesial Program: Film for Social Movement di Teater Budaya Yogyakarta, Kamis (5/12/2013) pukul 15.00 sampai 18.00 WIB.
     Saya mempunyai pandangan  ke depan bahwa,” Antusias Puisi Zaman Now akan setara dengan antusias Star Wards kelak dikemudian hari”. Mari kita sama-sama tunggu dan buktikan! Mungkin hari ini masih banyak yang mencemooh, meremehkan bahkan nyinyir pada Puisi Esai. Waktu akan terus berjalan, roda selalu berputar, dan film yang diangkat dari Puisi Esai akan merebak mewarnai perfilman nusantara. Di tangan seorang penulis scenario dan seorang sutradara handal, film-film yang lahir dari rahim Puisi Esai akan menjadi film yang ditunggu oleh penonton, penggemar dan penikmat film. Serupaantusiasnya dengan film Star Wards yang selalu minati dan dinanti oleh para penggemarnya. 








BIO DATA PENULIS



Rissa Churria, lahir di Banyuwangi, Tinggal dan menetap di Bekasi. Pendidikan terakhir adalah S2 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta Jakarta.  Aktif mengajar sebagai guru honor di daerah pingiran Bekasi yaitu di daerah Lubang Buaya untuk pendidikan MTs. dan MA sejak tahun 1997. Mengajar untuk tingkat SMP IT dan MA di Cibinong sejak tahun 2015. Aktif sebagai penggiat sastra dalam Forum Sastra Bekasi, Anggota Dapur Sastra Jakarta, dan tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara.Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman. 
Email : churriarissa@gmail.com   FB : Ummi Rissa, Phone : 081287812264. Blok yang bisa dikunjungi : sudutcahayapuisi.blogspot.co.id
Karya yang telah diterbitkan, antologi tunggal : Harum Haramain dan Sajak Perempuan Wetan. Antologi bersama :Senyum Lembah Ijen, Negeri Bahari – Negeri Poci, Ketika Kata Berlipat Makna, Bunga Bangsa, Ruang Tak Lagi Ruang, Kepak Sajak, Perempuan Dalam Puisi, PMK Menguak Skandal Korupsi Kepala Daerah, Solo Berpuisi, Mengungkap Jalan Rahasia, Indonesia dalam Titik 13, Menuju Jalan Cahaya, Ziarah Bathin, Wakil Rakyat, Kepada Bekasi, Sajak Puncak 1, Solo Dalam Puisi, Memandang Bekasi, Sajak Puncak-2, Ambarawa Seribu Wajah, Penyair Menolak Korupsi, dan lain lain, juga menulis di harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi. 



BUKAN PENYAIR BOLEH IKUT AMBIL BAGIAN DALAM PUISI ESAI



Tak ada habisnya membicarakan Puisi Esai, seperti berenang di tengah lautan. Semakin banyak meminum airnya maka kita akan semakin haus.  Makin kita berenang semakin banyak pengalaman yang kita dapat, sehingga makin penasaran dengan kedalamannya dan merasa belum apa apa.lalu timbul kesadaran makin banyak yang perlu dipelajari. 

Ada hal menarik yang membedakan antara Puisi Esai dengan puisi pada umumnya.  Sebagian orang mengatakan,”Semakin hari puisi itu gelap,  puisi sulit dipahami,  puisi  misterius, puisi penuh rahasia,  puisi itu multi tafsir dan sebagainya”.

Sedangkan puisi esai adalah puisi yang sengaja ditulis dan diciptakan dengan menggunakan bahasa, ungkapan dan istilah yang  sederhana sehingga mudah untuk dipahami.  Diksi yang dipilih lebih sederhana dari biasanya akan tetapi tidak mengurangi nilai puitika dalam puisinya.  Lebih dari itu,  puisi esai ingin  menggembalikan marwah puisi kepada masyarakat. Puisi esai Hendak menggembalikan puisi ke gelanggang masyarakat luas sehingga masyarakat dapat menikmati dan menulis puisi dengan kalimat sederhana dalam perspektif mereka. 

Puisi esai ingin mengembalikan puisi kepada masyarakat seperti zaman zaman sebelum lahirnya puisi moden.  Puisi tidak hanya  dimiliki oleh penyair karir. Yang mana puisi hanya bisa dipahami oleh kalangan penyair saja,  sedang masyarakat biasa sulit untuk memahaminya.  Tapi puisi esai memberi kesempatan semua masyarakat untuk bisa menulis puisi dengan bahasa yang dipahaminya. Ditulis dengan bahasa ringan, jelas dan tidak samar samar.

Puisi tidak lagi menjadi ladang gelap,  misterius dan angker akan tetapi menjadi ruang dan taman membaca suara batin negeri ini.  Menjadi jendela waktu dan peristiwa yang bisa dinikmati dengan bahasa puitis yang indah. Pertanyaannya,  apakah puisi esai bisa dinikmati semua kalangan,  jawabanya : tentu bisa.  Bahkan semua orang bisa menulis puisi esai walaupun  bukan seorang penyair. Bagi saya ini sangat menarik,  "Bukan penyair bisa turut ambil bagian dalam menulis puisi esai".

Puisi esai mempunyai tampilan yang berbeda dengan puisi sebelumnya.  Sungguh ini menarik perhatian saya, sehingga ketika saya mendapatkan tawaran untuk menulis puisi esai, saya menerimanya.  Bagi penulis amatir seperti saya dan keseharian saya adalah pengajar, ini merupakan pengalaman baru dan pertama.  Kenapa?  Saya belum pernah menulis jenis seperti puisi esai sebelumnya. Timbul rasa penasaran dan ingin tahu, kata anak sekarang "keppo". Lalu saya geogling, cari tahu apa dan bagaimana puisi esai yang bikin heboh itu.  Sejak hari itu saya merasa tertantang untuk menulis puisi esai.

Ingin belajar dan menelisik di kedalamannya yang penuh dengan isue sosial.  Permasalahan permasalahan sosial yang diangkat dalam puisi esai begitu menggelitik hati saya.  Dan wow!  Wow!  Ternyata informasi yang saya dapatkan begitu lengkap. Bahasa yang sederhana tetapi tetap menjaga nilai estetik dan puitis sehingga terasa ringan dan enjoy untuk membaca serta memahaminya.  Dan ternyata isu sosial di lndonesia sangat kompleks dan sangat banyak.  Ini adalah jendela literasi yang musti kita buka di seluruh lndonesia.  Justru isu sosial ini menjadi sangat menarik ketika ditulis dengan kalimat putik yang indah dan tidak membosankan.

Judul puisi esai saya adalah "Noni Gadis Cilik Bermata Bulat". Saya mengangkat puisi yang berkisah tentang persoalan pernikahan dini.  Kenapa saya menulis soalan pernikahan dini,  mungkin pernikahan dini di lndonesia bukan hal yang luar biasa.  Peristiwa ini menjadi biasa-biasa saja karena masih di lndonesia terhitung banyak soal pernikahan dini.  Tetapi bagi saya pernikahan dini yang pernah saya saksikan di Desa Lubang Buaya adalah hal yang menjadi keprihatinan saya disaat saya berjuang untuk menumbuh kembangkan pendidikan di desa tersebut. Tahun 1997 saya dan suami datang ke Desa Lubang Buaya untuk memperjuangkan pendidikan di Desa Lubang Buaya. 

Menurut informasi yang saya terima sebelum kami memutuskan untuk membela pendidikan di sana. Lubang Buaya adalah sebuah desa yang terletak di kawasan Bekasi Jawa Barat.  Sedikit agak ke dalam sehingga terlihat terpencil.  Jauh dari kota apalagi tersentuh media. Agak aneh menurut saya, daerah di pinggiran ibu kota masih ada praktik pernikahan dini.  Dan sekarang 2018 apakah masih ada praktik pernikahan dini di sana?  Saya katakan masih ada.  Karena beberapa bulan lalu ada anak usia 16 tahun menikah walaupun pernikahan mereka tidak mendapatkan surat nikah resmi dari KUA. Kesadaran masyarakat akan permasalahan pernikanan dini belum sampai pada taraf maksimal, peran serta pemerintah tentu sangat diharapkan dalam hal ini. 

Terkadang pernikahan dini tampak begitu rapuh, perceraian menjadi begitu mudah. Seperti kisah Noni dalam puisi esai saya, seorang gadis kecil yang dinikahkan diusia yang masih sangat belia, yaitu usia anak-anak kelas 6 Sekolah Dasar. Secara lahir maupun batin anak usia 12 tahun belum layak untuk menghadapi problematika dalam berumah tangga, sehingga masalah rumah tangga yang begitu kompleks belum bisa mengatasinya sendiri. Akhirnya pernikahannya begitu rapuh, mudah putus dan hancur berkeping. Bahkan si Noni sempat tiga kali bercerai dan tiga kali menikah.

Sangat berbeda sekali dengan dengan kisah Romeo dan Juliet zaman now yang sangat fenomenaldan sangat menggegerkan dunia.  Berita ini menjadi head line di Daily Miror, Inggris pada bulan Juli 2015. Foto mereka dimuat dengan ukuran besar, foto yang sangat menggugah hati dan membuat kita terharu ketika melihatnya. Mereka wafat hampir bersamaan dengan berpelukan, istrinya berusia 95 tahun dan suaminya 96 tahun dan mereka baru saja merayakan usia pernikahnya yang ke 75 tahun. Fisikly mereka sudah sangat uzur tapi cara mereka berpelukan ketika wafat membuat semua orang yang melihat dan membacanya merasakan adanya  sebuah kobaran api cinta yang selalu dihidupkan dalam dada mereka dan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari.

Sang istri  selalu mengungkapkan keinginan dan harapan kepada anak-anaknya ,”Jika Tuhan mengizinkan ibu  hanya ingin wafat dalam pelukan ayah”. Dan sang ayahpun juga mengungkapkan kalimat yang sama,”Jika Tuhan mengizinkan ayah ingin wafat hanya dalam pelukan ibu kalian”. Mereka sudah hidup bersama selama lebih dari 75 tahun. Anak-anak dan cucu-cucu mereka menjadi saksi bahwa,”Ibunya wafat dalam pelukan ayahnya, dengan derai air mata yang tertahan, rasa kehilangan yang sangat dalam karena ayah merasa yang wafat bukan hanya istri yang dicintainya tetapi juga pasangan jiwanya”. Lalu sang ayah berkata kepada anak dan cucunya,”Sejenak ayah ingin menghabiskan waktu bersama-sama dengan ibu dan nenek kalian”. 

Pasangan ayah, ibu, nenek dan juga kakek ini selalu terlihat mesra seolah diantara keduanya tak ingin berbisah satu sama lain. Dua tiga jam kemuadian ayah dan kakek merekapun sudah wafat dalam kondisi berpelukan. Momen tersebut sangat langka sekali sehingga banyak wartawan yang mengabadikan momen sakral itu, sehingga tersebarlah foto yang merajai dunia maya dengan segala pemberitaan,”Romeo dan Juliat zaman now”. Kisah yang sanggup membawa cinta sampai ke liang lahat.

 Kisah ini menjadi heboh di Inggris, dan semua orang ternyata mengidamkan hal yang sama seperti kisah Romeo dan Juliet zaman now. Walau pada kenyatannya secara angka statistik angka perceraian di Inggris 50% percerain sebelum 5 tahun. Sehingga bermunculan sebuah riset, apakah yang membuat satu pasangan bisa betah dan bertahan dalam kurun waktu yang sangat panjang.  Mengapa pasangan tersebut bisa berumur panjang dan mesra sampai akhir hayat tetapi pasangan lain justru mesra di awal dan tumbang di perjalanan. Ada juga tetap bersama tapi api cintanya telah padam. Ternyata hasil riset para ahli mengatakan,”Mereka yang berhasil mempertahankan hubungan suami istri adalah mereka yang bisa ikut mengubah kwalitas hubungan suami istri menjadi hubungan persahabatan”. 

Yang bisa menumbuhkan persahabatan yang panjang setelah perkawinan juga dijawab oleh Jalaluddin Rumi, seorang penyair besar muslim yang hidup kira-kira 800 tahun lalu. Dan menurut BBC puisi-puisi Rumi adalah puisi yang populer di dunia barat. Bahkan puisi-puisi Rumi tidak hanya dibaca di masjid-masjid tetapi juga di gereja dan universitas.  Rumi menulis sebuah puisi sebagai refleksi dari pertanyaan murid-muridnya yang bertanya bagaimana membangun sebuah rumah tangga yang samawa. Rumi menjawab dengan kalimat puitis, “Semua akan tercapai jika tiada lagi kau dan aku. Yang ada hanya kita dan cinta”. Maknanya sangat dalam sekali, Ketika tidak ada kau dan aku. Yang ada hanya kita dan cinta. 

Sepertinya tidak ada kontempelasi antara pasangan Noni yang saya tulis dalam puisi esai dengan kisah Romeo dan Juliet zaman now atau ungkapan Rumi dalam jawaban puitis kepada murid-muridnya. Begitu bersebrangan dan bertentangan tetapi lagi-lagi itulah adanya. Oleh karenanya saya berharap kisah Noni Gadis Cilik Bermata Bulat tidak akan terjadi lagi di bumi Indonesia ini. Saya tulis dengan bahasa puisi sederhana sebagai rasa kegelisahan batih yang sudah sekian lama mengendap dalam hati sanubari terdalam. Oleh karenanya puisi esai memberi wadah dan kesempatan kepada saya untuk menulis dan menuangkan kisah Noni dalam puisi saya. 



BIO DATA PENULIS



Rissa Churria, lahir di Banyuwangi, Tinggal dan menetap di Bekasi. Pendidikan terakhir adalah S2 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta Jakarta.  Aktif mengajar sebagai guru honor di daerah pingiran Bekasi yaitu di daerah Lubang Buaya untuk pendidikan MTs. dan MA sejak tahun 1997. Mengajar untuk tingkat SMP IT dan MA di Cibinong sejak tahun 2015. Aktif sebagai penggiat sastra dalam Forum Sastra Bekasi dan tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara. Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman. 
Email : churriarissa@gmail.com   FB : Ummi Rissa, Phone : 081287812264. Blok yang bisa dikunjungi : sudutcahayapuisi.blogspot.co.id
Karya yang telah diterbitkan, antologi tunggal : Harum Haramain dan Sajak Perempuan Wetan. Antologi bersama : Senyum Lembah Ijen, Negeri Bahari – Negeri Poci, Ketika Kata Berlipat Makna, Bunga Bangsa, Ruang Tak Lagi Ruang, Kepak Sajak, Perempuan Dalam Puisi, PMK Menguak Skandal Korupsi Kepala Daerah, Solo Berpuisi, Mengungkap Jalan Rahasia, Indonesia dalam Titik 13, Menuju Jalan Cahaya, Ziarah Bathin, Wakil Rakyat, Kepada Bekasi, Sajak Puncak 1, Solo Dalam Puisi, Memandang Bekasi, Sajak Puncak-2, Ambarawa Seribu Wajah, Penyair Menolak Korupsi, dan lain lain, juga menulis di harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi. 



BUKAN PENYAIR BOLEH IKUT AMBIL BAGIAN DALAM PUISI ESAI

Tak ada habisnya membicarakan Puisi Esai, seperti berenang di tengah lautan. Semakin banyak meminum airnya maka kita akan semakin haus.  Makin kita berenang semakin banyak pengalaman yang kita dapat, sehingga makin penasaran dengan kedalamannya dan merasa belum apa apa.lalu timbul kesadaran makin banyak yang perlu dipelajari.

Ada hal menarik yang membedakan antara Puisi Esai dengan puisi pada umumnya.  Sebagian orang mengatakan,”Semakin hari puisi itu gelap,  puisi sulit dipahami,  puisi  misterius, puisi penuh rahasia,  puisi itu multi tafsir dan sebagainya”.

Sedangkan puisi esai adalah puisi yang sengaja ditulis dan diciptakan dengan menggunakan bahasa, ungkapan dan istilah yang  sederhana sehingga mudah untuk dipahami.  Diksi yang dipilih lebih sederhana dari biasanya akan tetapi tidak mengurangi nilai puitika dalam puisinya.  Lebih dari itu,  puisi esai ingin  menggembalikan marwah puisi kepada masyarakat. Puisi esai Hendak menggembalikan puisi ke gelanggang masyarakat luas sehingga masyarakat dapat menikmati dan menulis puisi dengan kalimat sederhana dalam perspektif mereka.

Puisi esai ingin mengembalikan puisi kepada masyarakat seperti zaman zaman sebelum lahirnya puisi moden.  Puisi tidak hanya  dimiliki oleh penyair karir. Yang mana puisi hanya bisa dipahami oleh kalangan penyair saja,  sedang masyarakat biasa sulit untuk memahaminya.  Tapi puisi esai memberi kesempatan semua masyarakat untuk bisa menulis puisi dengan bahasa yang dipahaminya. Ditulis dengan bahasa ringan, jelas dan tidak samar samar.

Puisi tidak lagi menjadi ladang gelap,  misterius dan angker akan tetapi menjadi ruang dan taman membaca suara batin negeri ini.  Menjadi jendela waktu dan peristiwa yang bisa dinikmati dengan bahasa puitis yang indah. Pertanyaannya,  apakah puisi esai bisa dinikmati semua kalangan,  jawabanya : tentu bisa.  Bahkan semua orang bisa menulis puisi esai walaupun  bukan seorang penyair. Bagi saya ini sangat menarik,  "Bukan penyair bisa turut ambil bagian dalam menulis puisi esai".

Puisi esai mempunyai tampilan yang berbeda dengan puisi sebelumnya.  Sungguh ini menarik perhatian saya, sehingga ketika saya mendapatkan tawaran untuk menulis puisi esai, saya menerimanya.  Bagi penulis amatir seperti saya dan keseharian saya adalah pengajar, ini merupakan pengalaman baru dan pertama.  Kenapa?  Saya belum pernah menulis jenis seperti puisi esai sebelumnya. Timbul rasa penasaran dan ingin tahu, kata anak sekarang "keppo". Lalu saya geogling, cari tahu apa dan bagaimana puisi esai yang bikin heboh itu.  Sejak hari itu saya merasa tertantang untuk menulis puisi esai.

Ingin belajar dan menelisik di kedalamannya yang penuh dengan isue sosial.  Permasalahan permasalahan sosial yang diangkat dalam puisi esai begitu menggelitik hati saya.  Dan wow!  Wow!  Ternyata informasi yang saya dapatkan begitu lengkap. Bahasa yang sederhana tetapi tetap menjaga nilai estetik dan puitis sehingga terasa ringan dan enjoy untuk membaca serta memahaminya.  Dan ternyata isu sosial di lndonesia sangat kompleks dan sangat banyak.  Ini adalah jendela literasi yang musti kita buka di seluruh lndonesia.  Justru isu sosial ini menjadi sangat menarik ketika ditulis dengan kalimat putik yang indah dan tidak membosankan.

Judul puisi esai saya adalah "Noni Gadis Cilik Bermata Bulat". Saya mengangkat puisi yang berkisah tentang persoalan pernikahan dini.  Kenapa saya menulis soalan pernikahan dini,  mungkin pernikahan dini di lndonesia bukan hal yang luar biasa.  Peristiwa ini menjadi biasa-biasa saja karena masih di lndonesia terhitung banyak soal pernikahan dini.  Tetapi bagi saya pernikahan dini yang pernah saya saksikan di Desa Lubang Buaya adalah hal yang menjadi keprihatinan saya disaat saya berjuang untuk menumbuh kembangkan pendidikan di desa tersebut. Tahun 1997 saya dan suami datang ke Desa Lubang Buaya untuk memperjuangkan pendidikan di Desa Lubang Buaya.

Menurut informasi yang saya terima sebelum kami memutuskan untuk membela pendidikan di sana. Lubang Buaya adalah sebuah desa yang terletak di kawasan Bekasi Jawa Barat.  Sedikit agak ke dalam sehingga terlihat terpencil.  Jauh dari kota apalagi tersentuh media. Agak aneh menurut saya, daerah di pinggiran ibu kota masih ada praktik pernikahan dini.  Dan sekarang 2018 apakah masih ada praktik pernikahan dini di sana?  Saya katakan masih ada.  Karena beberapa bulan lalu ada anak usia 16 tahun menikah walaupun pernikahan mereka tidak mendapatkan surat nikah resmi dari KUA. Kesadaran masyarakat akan permasalahan pernikanan dini belum sampai pada taraf maksimal, peran serta pemerintah tentu sangat diharapkan dalam hal ini.

Terkadang pernikahan dini tampak begitu rapuh, perceraian menjadi begitu mudah. Seperti kisah Noni dalam puisi esai saya, seorang gadis kecil yang dinikahkan diusia yang masih sangat belia, yaitu usia anak-anak kelas 6 Sekolah Dasar. Secara lahir maupun batin anak usia 12 tahun belum layak untuk menghadapi problematika dalam berumah tangga, sehingga masalah rumah tangga yang begitu kompleks belum bisa mengatasinya sendiri. Akhirnya pernikahannya begitu rapuh, mudah putus dan hancur berkeping. Bahkan si Noni sempat tiga kali bercerai dan tiga kali menikah.

Sangat berbeda sekali dengan dengan kisah Romeo dan Juliet zaman now yang sangat fenomenaldan sangat menggegerkan dunia.  Berita ini menjadi head line di Daily Miror, Inggris pada bulan Juli 2015. Foto mereka dimuat dengan ukuran besar, foto yang sangat menggugah hati dan membuat kita terharu ketika melihatnya. Mereka wafat hampir bersamaan dengan berpelukan, istrinya berusia 95 tahun dan suaminya 96 tahun dan mereka baru saja merayakan usia pernikahnya yang ke 75 tahun. Fisikly mereka sudah sangat uzur tapi cara mereka berpelukan ketika wafat membuat semua orang yang melihat dan membacanya merasakan adanya  sebuah kobaran api cinta yang selalu dihidupkan dalam dada mereka dan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari.

Sang istri  selalu mengungkapkan keinginan dan harapan kepada anak-anaknya ,”Jika Tuhan mengizinkan ibu  hanya ingin wafat dalam pelukan ayah”. Dan sang ayahpun juga mengungkapkan kalimat yang sama,”Jika Tuhan mengizinkan ayah ingin wafat hanya dalam pelukan ibu kalian”. Mereka sudah hidup bersama selama lebih dari 75 tahun. Anak-anak dan cucu-cucu mereka menjadi saksi bahwa,”Ibunya wafat dalam pelukan ayahnya, dengan derai air mata yang tertahan, rasa kehilangan yang sangat dalam karena ayah merasa yang wafat bukan hanya istri yang dicintainya tetapi juga pasangan jiwanya”. Lalu sang ayah berkata kepada anak dan cucunya,”Sejenak ayah ingin menghabiskan waktu bersama-sama dengan ibu dan nenek kalian”.

Pasangan ayah, ibu, nenek dan juga kakek ini selalu terlihat mesra seolah diantara keduanya tak ingin berbisah satu sama lain. Dua tiga jam kemuadian ayah dan kakek merekapun sudah wafat dalam kondisi berpelukan. Momen tersebut sangat langka sekali sehingga banyak wartawan yang mengabadikan momen sakral itu, sehingga tersebarlah foto yang merajai dunia maya dengan segala pemberitaan,”Romeo dan Juliat zaman now”. Kisah yang sanggup membawa cinta sampai ke liang lahat.

 Kisah ini menjadi heboh di Inggris, dan semua orang ternyata mengidamkan hal yang sama seperti kisah Romeo dan Juliet zaman now. Walau pada kenyatannya secara angka statistik angka perceraian di Inggris 50% percerain sebelum 5 tahun. Sehingga bermunculan sebuah riset, apakah yang membuat satu pasangan bisa betah dan bertahan dalam kurun waktu yang sangat panjang.  Mengapa pasangan tersebut bisa berumur panjang dan mesra sampai akhir hayat tetapi pasangan lain justru mesra di awal dan tumbang di perjalanan. Ada juga tetap bersama tapi api cintanya telah padam. Ternyata hasil riset para ahli mengatakan,”Mereka yang berhasil mempertahankan hubungan suami istri adalah mereka yang bisa ikut mengubah kwalitas hubungan suami istri menjadi hubungan persahabatan”.

Yang bisa menumbuhkan persahabatan yang panjang setelah perkawinan juga dijawab oleh Jalaluddin Rumi, seorang penyair besar muslim yang hidup kira-kira 800 tahun lalu. Dan menurut BBC puisi-puisi Rumi adalah puisi yang populer di dunia barat. Bahkan puisi-puisi Rumi tidak hanya dibaca di masjid-masjid tetapi juga di gereja dan universitas.  Rumi menulis sebuah puisi sebagai refleksi dari pertanyaan murid-muridnya yang bertanya bagaimana membangun sebuah rumah tangga yang samawa. Rumi menjawab dengan kalimat puitis, “Semua akan tercapai jika tiada lagi kau dan aku. Yang ada hanya kita dan cinta”. Maknanya sangat dalam sekali, Ketika tidak ada kau dan aku. Yang ada hanya kita dan cinta.

Sepertinya tidak ada kontempelasi antara pasangan Noni yang saya tulis dalam puisi esai dengan kisah Romeo dan Juliet zaman now atau ungkapan Rumi dalam jawaban puitis kepada murid-muridnya. Begitu bersebrangan dan bertentangan tetapi lagi-lagi itulah adanya. Oleh karenanya saya berharap kisah Noni Gadis Cilik Bermata Bulat tidak akan terjadi lagi di bumi Indonesia ini. Saya tulis dengan bahasa puisi sederhana sebagai rasa kegelisahan batih yang sudah sekian lama mengendap dalam hati sanubari terdalam. Oleh karenanya puisi esai memberi wadah dan kesempatan kepada saya untuk menulis dan menuangkan kisah Noni dalam puisi saya.



BIO DATA PENULIS



Rissa Churria, lahir di Banyuwangi, Tinggal dan menetap di Bekasi. Pendidikan terakhir adalah S2 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indraprasta Jakarta.  Aktif mengajar sebagai guru honor di daerah pingiran Bekasi yaitu di daerah Lubang Buaya untuk pendidikan MTs. dan MA sejak tahun 1997. Mengajar untuk tingkat SMP IT dan MA di Cibinong sejak tahun 2015. Aktif sebagai penggiat sastra dalam Forum Sastra Bekasi dan tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara. Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman.
Email : churriarissa@gmail.com   FB : Ummi Rissa, Phone : 081287812264. Blok yang bisa dikunjungi : sudutcahayapuisi.blogspot.co.id
Karya yang telah diterbitkan, antologi tunggal : Harum Haramain dan Sajak Perempuan Wetan. Antologi bersama : Senyum Lembah Ijen, Negeri Bahari – Negeri Poci, Ketika Kata Berlipat Makna, Bunga Bangsa, Ruang Tak Lagi Ruang, Kepak Sajak, Perempuan Dalam Puisi, PMK Menguak Skandal Korupsi Kepala Daerah, Solo Berpuisi, Mengungkap Jalan Rahasia, Indonesia dalam Titik 13, Menuju Jalan Cahaya, Ziarah Bathin, Wakil Rakyat, Kepada Bekasi, Sajak Puncak 1, Solo Dalam Puisi, Memandang Bekasi, Sajak Puncak-2, Ambarawa Seribu Wajah, Penyair Menolak Korupsi, dan lain lain, juga menulis di harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi.



PERKARA RANKING YANG SERING MENJADI POLEMIK PSIKOLOGI ANAK


Kemenangan seorang murid bukan terletak pada ranking di kelas. Tetapi bagaimana dia bisa mengalahkan rasa malas dan berusaha sekuat tenaga untuk bangkit dari kemalasan menjadi amunisi kekuatan semangat belajar. Berusaha semaksimal mungkin, dan berusaha memaksimalkan kesempatan dalam kesempitan dan padatnya kegiatan, sebenarnya itulah kemenangan.

Istiqomah dalam belajar dan berusaha adalah kunci awal, Tak perlu menyesal tidak mendapatkan best-5. Hidup tidak ditentukan oleh ranking. Sebab yang tidak mendapatkan ranking belum tentu bodoh. Karena setiap anak mempunyai keunikan masing masing, dan dari keunikannya itulah terletak kelebihannya. 

jangan pernah menjustis anak dengan kata kata bodoh! Saya sangat tidak setuju jika ada orang tua yang suka melontarkan kata kata "Bodoh! Tolol! Bego!" dan sederet kalimat memuakkan yang lain untuk anak-anaknya atau anak didiknya.  Kata kata buruk atau baik jika sering kita ucapkan maka akan menempel dalam benak dan pikiran. Bahayanya jika itu kita lakukan terus menerus secara tidak sengaja hal itu seperti sebuah pengharapan.
Segala sesuatu yang dilakukan terus menerus, sering atau ajeg dilakukan akan menjadi sebuah pembiasaan dan melekat dalam benak anak anak.  Yang terus menerus dan ajeg seolah menjadi tuntunan baik,  ajaran bahkan pengharapan.  Akhirnya pengharapan itu berwujud menjadi sebuah sugesti.  Ketika otak sudah tersugesti maka semua akan terefleksi dalam kehidupan sehari-hari. 
Saya juga melihat sebuah fenomena, ada orang tua siswa marah besar ketika anaknya tidak mendapatkan ranking. Bahkan anaknya dihukum karena masalah ranking ini. Lalu sambil menunjuk nunjuk jidatnya dia berkata, "Bego lu! masak sama si A saja kamu kalah! Gak dapat ranking lagi!" Sampai anaknya menagis sesenggukan, dan telunjuk orang tuanya masih menuding nuding jidat anaknya. " Oh Allah...."
Sikap orang tua seperti di atas saya rasa sangat tidak bijaksana. Kita terlalu menuntut dan memaksakan kehendak kepada anak. Setiap hari anak berangkat jam 6.00 pagi. Pulang jam 15.00. Jam 15.30 wib harus berangkat les sampai jam 17.30. Berusaha mematuhi kemauan dan keinginan orang tua. Lalu mereka menjadi sadar pentingnya belajar, sebab PR guru juga seabrek. Magrib berangkat mengaji sampai bada isya. Lalu PR menunggu, akhirnya mengerjakan PR sambil terkantuk kantuk. Apesnya ketika ujian semester usai dan raport dibagikan. Ternyata si anak tidak mendapatkan ranking walau 10 besar.

Lalu orang tua meluapkan amarah seenak enaknya. Bahkan menyakiti fisiknya, melukai perasaan anak dengan kata kata tidak menyenangkan, membanding bandingkan anak dengan anak lain yang mendapatkan ranking dan seterusnya. Hello.... Ibu.. Bapak... Ini menurut saya sudah kelewat batas, mana rasa nyaman dan perlimdungan kepada anak anak? Sehingga semua tempat merupakan tempat angker dan tidak nyaman bagi mereka. Jangan salahkan jika suatu saat anak akan mencari tempet bersandar dan tempat berteduh yang menurut mereka nyaman dan aman. Tapi menurut kita orang dewasa sangat berbahaya.

Mari kita terus belajar bijak, jangan terlalu menuntut rangking kepada anak. Karena ranking bukan satu satunya penanda prestasi. Ayomi anak anak kita dengan kalimat kalimat yg menyejukkan sehingga anak anak akan merasa aman dan nyaman dekat dengan kita.




Bio Data Penulis

Rissa Churria, lahir di Banyuwangi, Tinggal dan menetap di Bekasi. Penggiat sastra Forum Sastra Bekasi dan  tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara. Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman. Mendapatkan 10 besar anugerah CSH tahun 2018, buku antologi puisi dengan judul Harum Haramain.
Karya yang telah diterbitkan, antologi tunggal : Harum Haramain dan Sajak Perempuan Wetan. Antologi bersama : Perempuan Memandang Dunia, Sisa Cinta di Taman Maluku, Senyum Lembah Ijen, Apa dan Siapa Penyair Indonesia,  Sebening Embun Pagi, Merajut sayang, Negeri Bahari – Negeri Poci, Antologi Pematang Siantar, Apa dan Siapa Penyair Indonesia, Ketika Kata Berlipat Makna, Bunga Bangsa, Ruang Tak Lagi Ruang, Kepak Sajak, Perempuan Dalam Puisi, PMK Menguak Skandal Korupsi Kepala Daerah, Solo Berpuisi, Mengungkap Jalan Rahasia, Indonesia dalam Titik 13, Menuju Jalan Cahaya, Ziarah Bathin, Wakil Rakyat, Kepada Bekasi, Sajak Puncak 1, Solo Dalam Puisi, Memandang Bekasi, Sajak Puncak-2, Ambarawa Seribu Wajah, Penyair Menolak Korupsi, dan lain lain, juga menulis di harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi. 
Email : churriarissa@gmail.com   FB : Ummi Rissa, Phone : 081287812264. Blok yang bisa dikunjungi : sudutcahayapuisi.blogspot.co.id


KETIKA OPINI PUISI ESAI IKUT BERBICARA

Oleh : Rissa Churria
Judul buku     : Antologi 50 Opini Puisi Esai Indonesia
Editor            : Yohanes Sehandi
ISBN.           : 978-602-5896-25-5
Penerbit.       : Cerah Budaya Indonesia
Tahun terbit  : 2018
Tebal buku   : xxvii + 350 halaman

        Puisi Esai,  dua kata yang sangat lekat sekali dengan penggagasnya yaitu Denny J. A. Lahirnya buku antologi 50 Opini Puisi Esai Indonesia merupakan refleksi yang timbul setelah buku 34 seri puisi esai yang diterbitkan serentak dalam bentuk ebook pdf dan bisa diunduh oleh siapa saja di Perpustakaan Face Book Puisi Esai Indonesia.
Geliat menulis opini seputar puisi esai ini adalah energi positif yang dapat menambah amunisi dan eksistensi puisi esai di ranah kesusastraan Indonesia. Yohanes Sehandi akrab dipanggil bang Yo ini telah menggagas untuk membuat even seputar opini tentang puisi esai. Finalnya adalah terbitnya buku "Antologi 50 Opini Puisi Esai Indonesia". 50 opini yang lolos kurasi terdiri dari 35 penulis pria dan 15 wanita.  Mereka berasal dari 22 provinsi di Indonesia.
Heboh soal kontroversi dan polemik yang terjadi ketika Denny menyebut puisi karyanya itu sebagai puisi esai. Sebagian masyarakat sastra sontak geram dan terbakar, seolah tidak menerima kelahirannya. Ditambah pemahaman masyarakat pada  umumnya adalah mengimani puisi dan esai sebagai dua entitas terpisah. Masing-masing memiliki pengertian dan definisi tersendiri dan tidak bisa disandingkan dalam satu bahtera.
        Ketika Denny menyatukan keduanya yaitu antara puisi dan esai adalah sebuah entitas baru, apalagi “genre baru,” dalam sastra Indonesia, Denny dianggap melenceng,  lancang, ngawur, mengada-ada, bahkan murtad dan melanggar pakem atau konvensi yang sudah mapan dalam khasanah sastra Indonesia.
Terlepas dari pro  kontra dan polemik yang ditimbulkan karena kehadirannya, mau tidak mau puisi esai tetap akan menjadi saudara muda yang harus diakui kelahiran dan keberadaannya dalam keluarga kesusastraan Indonesia. Sehingga puisi esai secara kolosal di 34 provinsi telah menggelitik penulis untuk menuangkan gagasan opininya dan disiarkan  kepada masyarakat luas.
Kita bisa membaca opini dari berbagai kalangan penulis yang dimulai dari bagian pertama hingga bagian akhir yaitu delapan. Kita akan merasakan debaran dan kejutan kejutan inspiratif,  bahkan opini mengejutkan,  bagaiman sebuah puisi bisa diangkat ke layar lebar.  Apakah kita pernah menyaksikan sebuah puisi diangkat ke layar lebar,  difilmkan dan menjadi sebuah mahakarya yang luar biasa?  Pasti jawabannya belum pernah kan? 
Dalam buku ini kita bisa melihat berbagai macam kemungkinan bahwa puisi esai bisa direkontruksi menjadi film,  novel dan lain lain.  Berbagai macam opini tersaji seputar puisi esai.  Oleh karenanya akan sangat rugi jika kita melewatkan untuk membaca buku "Antologi 50 Opini Puisi Esai" yang bisa didapatkan di toko-toko buku atau lebih praktis bisa diunduh secara gratis melalui ebook pdf Perpustakaan Facebook Puisi Esai Indonesia.

 Bio Data Penulis


Rissa Churria, biasa dipanggil Ummi Rissa,  lahir di Banyuwangi, Tinggal dan menetap di Bekasi. Penggiat sastra Forum Sastra Bekasi dan  tergabung dalam Ziarah Karyawan Malaysia dan Nusantara. Mendirikan Rumah Baca Annajiyah di kediaman. Mendapatkan 10 besar anugerah CSH tahun 2018, buku antologi puisi dengan judul Harum Haramain.
Karya yang telah diterbitkan, antologi tunggal : Harum Haramain dan Sajak Perempuan Wetan. Antologi bersama : Perempuan Memandang Dunia, Sisa Cinta di Taman Maluku, Senyum Lembah Ijen, Apa dan Siapa Penyair Indonesia,  Sebening Embun Pagi, Merajut sayang, Negeri Bahari – Negeri Poci, Antologi Pematang Siantar, Apa dan Siapa Penyair Indonesia, Ketika Kata Berlipat Makna, Bunga Bangsa, Ruang Tak Lagi Ruang, Kepak Sajak, Perempuan Dalam Puisi, PMK Menguak Skandal Korupsi Kepala Daerah, Solo Berpuisi, Mengungkap Jalan Rahasia, Indonesia dalam Titik 13, Menuju Jalan Cahaya, Ziarah Bathin, Wakil Rakyat, Kepada Bekasi, Sajak Puncak 1, Solo Dalam Puisi, Memandang Bekasi, Sajak Puncak-2, Ambarawa Seribu Wajah, Penyair Menolak Korupsi, dan lain lain, juga menulis di harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi.
Email : churriarissa@gmail.com   FB : Ummi Rissa, Phone : 081287812264. Blok yang bisa dikunjungi : www.sudutcahayapuisi.blogspot.co.id

Senin, 22 Oktober 2018

Kamis, 18 Oktober 2018

Rabu, 10 Oktober 2018

Sabtu, 06 Oktober 2018

www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com